Memaknai hari ibu tidaklah sulit, tetapi menjadi sulit ketika kita justru mengaburkan makna yang sesungguhnya (Prof Dr Tri Marhaeni Pudji Astuti Mhum, Guru besar Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Unnes Semarang)
Di Indonesia, tiap bulan April dan Desember mendadak
bertaburan kalimat kalimat mesra tentang perempuan, di pesbuk, twiter, media
cetak, tipi, semua mendadak latah ngungkapin berjasa dan hebatnya perempuan
(dan ironisnya Mamadipa juga termasuk salah satu diantara orang2 latah itu
#tutup muka).
Kalok harus menuliskan bagaimana kasih sayang
ibu tercurah, mungkin perlu berjuta-juta kalimat sampek tangan kemeng ngetiknya, mulut berbusa
nyeritainnya, Itu sebabnya seluruh negara di dunia memiliki tanggal
masing-masing untuk memperingati Hari Ibu. Hari Ibu mempunyai sejarah yang
berbeda untuk setiap negara dan tanggal pelaksanaannya pun berbeda. Di
Bangladesh, Hari Ibu diselenggarakan pada minggu kedua bulan Mei. Beberapa ibu
diberi “Ratnagarwa Ma Award“ yang ditujukan untuk mengakui seorang ibu dan
peran penting yang mereka mainkan di masyarakat Bangladesh. Di Inggris dan
Irlandia, Hari Ibu disebut dengan istilah Mothering Sunday yang jatuh
pada minggu ke empat bulan Lent, tepatnya 3 minggu sebelum hari Paskah. Negara
Afrika mengadopsi konsep Hari Ibu dari tradisi orang-orang Inggris. Sedangkan
untuk Indonesia sendiri, hari Ibu dirayakan pada tanggal 22 Desember dan
ditetapkan sebagai perayaan nasional.
Misi sejati peringatan Hari Ibu di Indonesia adalah
mengenang perjuangan kaum perempuan menuju kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Tahun
1959, Presiden Soekarno menetapkan 22 Desember sebagai Hari Ibu melalui Dekrit
Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Tanggal 22 Desember dipilih untuk mengenang
diselenggarakannya Kongres Perempuan pertama, 31 tahun sebelumnya, yakni tahun
1928 di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan
Adisucipto, Yogyakarta. Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak
penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia.
Duluuuuuu….jaman perjuangan, tanpa diwarnai
gembar-gembor kesetaraan gender, perempuan2 hebat juga sudah berjuang, sebut
aja Tjoek Nyak Dien, Martha Christina Tiahahu, Tjoet Nyak Meutia, R.A.
Kartini, Maria Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Ahmad Dahlan, kiprah beliau
dalam perjuangan bangsa ini memberi inspirasi terbentuknya organisasi perempuan yang
kemudian beberapa kali mengadakan kongres hingga keluarlah dekrit dari presiden
Soekarno bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara
nasional sampek sekarang. Misi diperingatinya Hari Ibu pada awalnya lebih untuk
mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas
bangsa ini. Dari situ pula tercermin semangat kaum perempuan dari berbagai
latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama memajukan bangsa, Dan yang
lebih hebat, pemikiran dan aneka upaya penting itu terjadi jauh sebelum
kemerdekaan negeri ini diraih dan jauh sebelum konsep-konsep adil jender dan
feminisme berkembang di negeri kita tercintah ini. Kata "ibu"lah yang
barangkali telah menyimpangkan pemaknaan hari ibu, karena digunakannya kata "ibu",
bukan "perempuan". Padahal sebenernya kalok ditilik dari apa yang dilakukan para pejuang
saat itu, titik sentral yang digarap adalah kaum perempuan secara umum, bukan
sebatas kaum ibu.
Jadi, menilik sejarahnya mestinya bukan the state of being
mother-nya yang diapresiasi, tetapi keperempuanan dan semangat juang mereka
yang hebat. Pemakaianan kata ibu ini pulalah yang tampaknya telah membuat makna
hari ibu terseret ke arah pemaknaan Mothers Day, yang lebih ditujukan untuk
memberi puja-puji terhadap ke-ibu-an (motherhood) dan perannya sebagai emak yang
telah melahirkan dan menyusui, sebagai pengasuh anak, sumber kasih sayang,
pemandu urusan domestik, dan pendamping suami. Akhirnya yang terjadi malah salah
kaprah, peringatan Hari Ibu terpolusi oleh Mothers Day yang diperingati di
banyak negara, terutama negara2 bule sono. Kini, Hari Ibu di Indonesia
diperingati dengan ada seremoni2 yang aneh2, lomba memasak bapak2, sepak bola
pake daster, ngasi hadiah pada ibu, membebaskan ibu dari tugas domestic,
bla..bla..bla. Jadi sebenernya hari ibu di Indonesia adalah sebuah
peringatan tentang semangat dan perjuangan perempuan-perempuan Indonesia,
apakah ia seorang ibu, apakah ia seorang istri, ato istri yg belum
menjadi ibu, istri yg tidak akan pernah menjadi ibu, ato bukan seorang istri, pokoknya
perempuanlah; dalam upaya mereka untuk berperan serta dalam perbaikan
kualitas bangsa ini.
Emang gak
ada yang salah dengan bertebarannya ucapan2 mesra pada para ibu dan seremoni2 aneh untuk memperingati hari ibu, tidak ada salahnya pula ngucapin terima kasih atas jasa
dan jerih payah ibu. Tapi paling enggak kita musti tau apa yang kita
peringati, gimana sejarahnya dan apa maknanya, dari kecil kita di jejali apalan
kalo tgl 21 April hari Kartini, tanggal 2 Mei hari Pendidikan Nasional, tanggal
22 Desember hari ibu, tapi hanya sebatas hapalan aja tanpa tau makna dan
sejarah diperingati hari2 itu. Terjadi pergeseran
makna yang gak disadari, seolah-olah hanya peran dan status ibu saja yang
paling penting bagi seorang perempuan, bukan sebagai individu perempuan. Trus bagaimana dengan perempuan-perempuan yang
dalam hidupnya tidak berkesempatan untuk menjadi seorang Ibu, tidak melahirkan,
tidak punya anak! Apakah kemudian nilai ke-perempuan-an mereka jadi berkurang? Kan
yo enggak to?? Proteslah pada media yang
merubah opini publik yang mencitrakan
bahwa Hari Ibu di Indonesia adalah sama dengan Mother’s
Day di Negara bule itu. Kayak
misalnya acara-acara di tipi2 selalu ada
ucapan-ucapan terima kasih dalam berbagai bentuk dari seorang anak kepada ibu
kandungnya.
So, Mari
kita kembalikan Hari Ibu ke tujuan awalnya yaitu menjadi Ibu bangsa yang ikut
berperan mendidik generasi muda yang patriotis dan nasionalis, karena bangsa
Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah dengan kepribadian generasi muda
yang nggak tau makna sebenarnya dari
peringatan hari ibu, heheeee. #termasuk mamadipa ini
Let’s
continue this noble job… Selamat Hari Ibu wahai perempuan-perempuan pintar
Indonesia yang penuh kasih. Keberadaan kalian punya arti istimewa tersendiri.
Mulai tahun ini Hari Ibu jadi hari kalian juga. Merdekaaa!!!!
*kalo udah tau sejarah dan maknanya, ceritain ama anak2 kita supaya mereka tau juga, supaya gak kayak mamadipa yg telat banget tau maknanya, kesian deh guweeh.. untung dipa gak se OOT emaknya... #elus dada
#katanya sayang ibu, ibu minta pulsa aja nggak dikasih.. huh!! ngambus...
*kalo udah tau sejarah dan maknanya, ceritain ama anak2 kita supaya mereka tau juga, supaya gak kayak mamadipa yg telat banget tau maknanya, kesian deh guweeh.. untung dipa gak se OOT emaknya... #elus dada
#katanya sayang ibu, ibu minta pulsa aja nggak dikasih.. huh!! ngambus...
Brebes, 22 Desember 2012 - 00.08
Tidak ada komentar:
Posting Komentar