Rabu, 18 Januari 2012

Balada Mbak Ecun Markecun

Lami mendapatkannya februari 2007 silam dari mas Wanto seorang makelar pencari PRT yang dikenalkan oleh seorang teman, seorang gadis tanggung berusia 16 tahun. Lulus SD, kurus dan malu-malu. Seminggu bersama kami dia pamit pulang untuk mengabarkan pada emaknya yang menurut cerita setelah sempat bertemu, si emak tidak bisa tidur karena memikirkan anak gadisnya, maklum selama seminggu bersama kami dia tidak bisa memberi kabar ke rumah karena memang di rumahnya tidak ada alat komunikasi, konon seminggu pertama dia gak kerasan dirumah karena kenakalan Dipa yang waktu itu memang luar biasa, namun untunglah nasib masih berpihak padaku sehingga dia mau tetap mencoba bertahan dan mencoba untuk bisa menaklukan Dipa.

Akhirnya gadis yang berasal dari sebuah desa dikecamatan wanasari menjadi bagian dari keluarga kami. Namanya Zaetun dan biasa di panggil Etun, tapi Dipa punya panggilan sayang yang entah dari mana asalnya ’mbak ecun markecun’, Bersama mbak ecunlah hari-hari dipa dilalui, tentunya karena waktu itu aku masih kerja. Berangkat sekolah, piknik sekolah, ikut karnaval, les musik, les jarimatika,les abacabaca, potong rambut kesalon, main kerumah embah bahkan bangun tidurpun dipa akan teriak memanggil ”mbaaaaak ecuuuuuuunn!!!” dan masih banyak lagi kebersamaan Dipa dengan mbak ecun yang membuatku iri luar biasa. Saat ini mbak ecun sekolah di program baket B yang di adakan di dekat rumah kami, dia rajin belajar dan lumayan pintar, jadi lumayan bisa membantu mencari dalam kamus arti kata dalam bahasa inggris yang dipa tanyakan saat mama dan papanya tidak dirumah.

Pergi jalan-jalan keluar kotapun mbak ecun harus ikut, karena dipa gak akan bisa tenang kalo mbak ecunnya tidak terlihat.. oh ya, selain mbak ecun ada juga mas nandar, abang becak yang mengantar dipa berangkat-pulang sekolah, namun kini mas nandar menjadi ”pelaksana lapangan” istilah kami untuk menyebutnya. Karena urusan bayar listrik, ke bengkel, mbenerin genteng, babat2 rumput, nguras tandon air, bayar pajak kendaraan, semua mas nandar yang menyelesaikan. Alhasil dipa, mbak ecun dan mas nandar menjadi trio yg tidak bisa dipisahkan, saat mas nandar harus beli air misalkan, dipa ingin ikut naik becaknya, otomatis mbak ecun juga ikut, begitu juga sat mas nandar nguras tandon air atau melakukan pekerjaan2 di rumah, dipa akan selalu siap membantu.....itu istilah dipa walopun pada kenyataanya lebih banyak merepotkan daripada membantu.

Saat mbak ecun pulang bisa dibanyangkan kerepotan yang luar biasa terjadi dirumah terutama dipa yang rewel dan terus merengek mencari mbak ecunnya, dipa gak mau makan kalo gak disuapin mak ecun, gak mau mandi, dan tidak mau tidak mau lainnya...Tragisnya hal itu tidak terjadi saat mamanya tidak berada dekat dipa, ditinggal TOT di semarang satu minggupun dipa santai aja..dan itu .membuat hati ini nggregel kalo orang jawa bilang. Saat ini saat aku memutuskan keluar kerja waktu untuk bersama dipa semakin banyak, dipa sudah semakin besar, smakin keras kepala dan semua larangan yang kami berikan harus disertai argumen yang bisa membuat dipa paham.

Kini mbak ecun hanya fokus mengurus pekerjaan rumah selain memasak, semua yang berhubungan dengan kegiatan dipa di handle olehku selagi aku masih ada kesempatan untuk mendampingi dipa dan memberikan yang terbaik buat dipa, walopun dulu waktuku bersama dipa yang hilang tidak bisa digantikan dan itu ternyata juga perlu adaptasi di hari-hari pertama aku dirumah, saat berbagi cerita dengan teman2 atau anggota keluarga yg lain dan mendengar cerita mereka tentang mbak2nya dirumah aku bersyukur mendapatkan mbak ecun, orang yang tidak hanya bekerja untuk mencari uang tapi mbak ecun juga menyayangi dipa. Orang2 berjasa seperti mbak ecun dan mas nandar kadang memang tidak punya tempat dihati kita, sering kita lupakan dan kurang kita perdulikan, padahal merekalah yang mengisi atau mewakili kita saat kita tidak ada....”bayangkanlah kita semua berjalan bersama..tanpa kesenjangan antara manusia...lihat sekitar kita...”

1 komentar: